JENAZAH ELI/IST |
RMOL. Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dinilai tak peduli atas keselamatan nelayan di
perbatasan. Kematian Eli Zaliani (34), nelayan asal Dusun II Desa
Paluhsibaji, Kecamatan Pantai Labu, Deli Serdang, Sumatera Utara, di
penjara Polisi Malaysia membuktikan minimnya perhatian SBY dan aparatur
pemerintahannya terhadap nelayan di wilayah perbatasan.
Eli meninggal 7 November 2011 lalu. Sebelumnya, Eli bersama 13 nelayan lainnya, dituduh memasuki wilayah perairan Malaysia dan di penjarakan oleh Polisi Laut Malaysia.
Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Riza Damanik menyatakan, kepulangan jenazah Eli tadi siang kian mempertegas ketidakpedulian Presiden SBY atas keselamatan nelayan yang mencari penghidupan di wilayah perbatasan. Sudah ratusan nelayan mengalami pemukulan dan perlakukan buruk lainnya dari aparat negara lain, tapi negara justru hanya menjadi pengeras suara yang mengumumkan kematian warga negaranya.
"Ini sungguh ironis,” kata Damanik dalam rilisnya yang diterima redaksi (Senin, 14/11).
Data Kiara dan Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia menyebutkan khusus di sekitar Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, sebanyak 52 nelayan tradisional pernah ditangkap dan ditahan sejak 9 April 2009 hingga September 2011. Selain itu, sebanyak 47 nelayan tradisional lainnya mengaku pernah menjadi korban perompakan dan penganiayaan oleh polisi laut Malaysia.
Atas kondisi buruk tersebut, nelayan tradisional mengaku sudah berulangkali melaporkan peristiwa tersebut kepada aparat setempat. Namun tidak pernah memperoleh tanggapan dan tindak lanjut yang semestinya. Hal ini juga menunjukkan lambannya kehadiran pemerintah dalam melakukan perlindungan hukum. [dem]
Eli meninggal 7 November 2011 lalu. Sebelumnya, Eli bersama 13 nelayan lainnya, dituduh memasuki wilayah perairan Malaysia dan di penjarakan oleh Polisi Laut Malaysia.
Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Riza Damanik menyatakan, kepulangan jenazah Eli tadi siang kian mempertegas ketidakpedulian Presiden SBY atas keselamatan nelayan yang mencari penghidupan di wilayah perbatasan. Sudah ratusan nelayan mengalami pemukulan dan perlakukan buruk lainnya dari aparat negara lain, tapi negara justru hanya menjadi pengeras suara yang mengumumkan kematian warga negaranya.
"Ini sungguh ironis,” kata Damanik dalam rilisnya yang diterima redaksi (Senin, 14/11).
Data Kiara dan Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia menyebutkan khusus di sekitar Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, sebanyak 52 nelayan tradisional pernah ditangkap dan ditahan sejak 9 April 2009 hingga September 2011. Selain itu, sebanyak 47 nelayan tradisional lainnya mengaku pernah menjadi korban perompakan dan penganiayaan oleh polisi laut Malaysia.
Atas kondisi buruk tersebut, nelayan tradisional mengaku sudah berulangkali melaporkan peristiwa tersebut kepada aparat setempat. Namun tidak pernah memperoleh tanggapan dan tindak lanjut yang semestinya. Hal ini juga menunjukkan lambannya kehadiran pemerintah dalam melakukan perlindungan hukum. [dem]
Sumber: rakyatmerdekaonline.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar