Ilustrasi: Memperingati Hari Tani Nasional yang jatuh Sabtu (24/9/2011) ini, ribuan petani penggarap dan aktivis tani dari Moro-Moro konvoi memenuhi jalan lintas timur Sumatera di Kabupaten Mesuji, Lampung. |
PALEMBANG — Pengaduan
masyarakat dan video pembunuhan terkait konflik lahan yang beredar di
media televisi dua hari lalu mengalami kesimpangsiuran lokasi, waktu,
dan kejadian. Pengaduan dan sebagian video merupakan dua peristiwa yang
terpisah.
Video pembunuhan yang memperlihatkan pemenggalan kepala
terjadi di Desa Sungai Sodong, Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir,
Sumatera Selatan, dan bukan dari Mesuji, Provinsi Lampung.
Kedua
lokasi ini memang berbatasan dan hanya dipisahkan oleh sungai. Di dua
lokasi berbeda itu, warga memang sama-sama mengalami konflik dengan
perusahaan kelapa sawit, tetapi perusahaannya berbeda.
Pembunuhan
dengan memenggal kepala itu terjadi pada Kamis, 21 April 2011, di Desa
Sungai Sodong, Sumatera Selatan. Salah satu asisten kebun dipenggal oleh
masyarakat yang marah karena terbunuhnya dua warga desa.
Dalam
peristiwa itu tujuh orang tewas, terdiri dari dua warga desa, Syafei dan
Macan, yang masih belasan tahun, serta lima orang dari pihak PT Sumber
Wangi Alam (SWA).
Kejadian diawali bentrokan warga dengan
orang-orang yang disewa perusahaan perkebunan kelapa sawit PT SWA.
Bentrokan diawali penganiayaan serta pembunuhan terhadap Syafei dan
Macan di Blok 19 kebun PT SWA pada Kamis pagi. Mereka ditemukan dengan
luka-luka mengenaskan, termasuk telinga yang dipotong dan leher
tergorok.
"Kami juga melihat adanya luka tembak yang ciri-cirinya
lubang masuk kecil dan lubang keluar besar seperti meledak. Kami
mencurigai ada anggota kepolisian terlibat dan senjata yang digunakan
adalah peluru yang bisa meledak setelah ditembakkan," kata tokoh
masyarakat setempat, Chichan, Kamis (15/12/2011).
Sekitar 200
warga dari enam desa yang masih berkerabat dengan dua korban itu
kemudian marah dan menyerbu kompleks perumahan pegawai perkebunan. Warga
juga merusak belasan rumah karyawan PT SWA, merusak truk-truk
operasional, dan membakar satu sepeda motor.
"Aksi sadis warga dipicu kemarahan dan terjadi secara spontan," ujar Chichan.
Warga
Sungai Sodong lainnya, Lia, mengatakan, pemberitaan yang beredar di
media televisi tak benar karena bukan warga Sungai Sodong yang melapor
ke DPR pada Rabu lalu.
"Kasus kami soal sengketa lahan 298 hektar ditambah 630 hektar lahan yang diklaim perusahaan justru tak muncul. Namun, video kejadian yang ditayangkan itu terjadi di desa kami," katanya.
Sumber: kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar